“BBTN merupakan tulang punggung pemerintah dalam menyalurkan kredit bersubsidi ke segmen MBR,” katanya.
Berdasarkan tiga faktor tersebut, wajar jika banyak sekuritas yang merekomendasikan buy untuk saham BBTN. Salah satunya RHB Sekuritas yang mempertahankan rekomendasi beli saham BBTN dengan target harga Rp 2.450 per saham.
Target tersebut merefleksikan kian pesatnya peningkatan laba bersih perseroan setelah rights issue dan penjualan aset tuntas tahun ini.
Analis RHB Sekuritas Indonesia Ryan Santoso dan Andrey Wijaya mengatakan, masuknya dana segar baru dari pelaksanaan rights issue bakal mengerek capital adequacy ratio (CAR) BTN menjadi sekitar 19%-20%, dibandingkan catatan September 2022 sebesar 17,3%.
“Kami memperkirakan masuknya dana segara baru tersebut akan memperkuat kemampuan perseroan untuk mendongkrak pertumbuhan kredit ke depan. Apalagi pemerintah merencanakan peningkatan pemberian subsidi pembelian rumah bagi 200 ribu unit tahun 2023, dibandingkan target tahun 2022 sekitar 168 ribu,” terang RHB Sekuritas dalam risetnya.
Sementara itu, Analis MNC Sekuritas Tirta Widi Gilang Citradi menilai saat ini harga saham BBTN yang berada di level Rp1.530 jauh dibawah nilai fundamentalnya. “Saham BBTN merupakan saham bagus tetapi salah harga,” katanya.
Menurut dia, label ‘salah harga’ ini mengacu kepada kinerja Bank BTN yang terus melesat dengan sejumlah indikator keuangan yang terus membaik.
Bank BTN membukukan peningkatan laba bersih sebesar 50,1% dari Rp 1,51 triliun hingga kuartal III-2021 menjadi Rp2,27 triliun sampai September 2022. Begitu juga dengan PPOP melesat dari Rp4,1 triliun menjadi Rp5,54 triliun. Pendapatan bunga bersih meningkat 31,8% dari Rp8,75 triliun menjadi Rp11,54 triliun.
“Beberapa pekerjaan rumah BBTN sudah berhasil diatasi dengan baik, seperti rasio likuiditas (LDR), pembiayaan bermasalah (NPL) dan peningkatan porsi dana murah (CASA) sehingga mampu menekan cost of fund. Dengan fundamental yang kokoh dan indikator yang membaik, kami tetapkan target price Rp2.200,” pungkasnya.