AYOINDONESIA.COM -- Dalam perayaan Idul Adha, tindakan berkurban menjadi bukti nyata dari cinta sejati.
Dalam artikel ini akan disajikan eks khutbah jumat singkat mengenai pentingnya memiliki sikap rela dalam berkurban.
Ketika kita rela melepaskan harta yang kita sayangi demi mengikuti perintah Allah, kita menunjukkan kasih sayang yang tulus kepada-Nya dan sesama.
Berkurban mengajarkan kita tentang pengorbanan, kesederhanaan, dan persaudaraan, sehingga kita dapat berbagi kebahagiaan dengan mereka yang membutuhkan.
Sikap rela adalah kunci dalam berkurban. Ketika kita dengan ikhlas melepaskan harta kita, baik itu berupa hewan kurban atau sumbangan kepada yang membutuhkan, kita mencerminkan kesediaan untuk berkorban demi kebaikan umat manusia.
Dalam berkurban, kita tidak hanya memperlihatkan pengorbanan materi, tetapi juga mengutamakan pengorbanan hati dan niat yang tulus.
Dalam khutbah Idul Adha ini, kita juga diajak untuk mengapresiasi kemurahan hati Allah yang melimpah kepada umat-Nya.
Berkurban adalah wujud syukur dan penghargaan kita atas nikmat yang diberikan-Nya. Dengan menyadari betapa besar kasih sayang dan kemurahan hati Allah, kita akan semakin bersyukur dan berusaha meningkatkan kebaikan dalam hidup kita.
Lebih lanjut berikut merupakan teks khutbah jumat singkat mengenai pentingnya memiliki sikap rela dalam berkurban yang telah dilansir ayoindonesia.com dari laman PA Tanggamus.
Khutbah I
َ ُ اَكْبـَرُ، اَ ُ اَكْبـَرُ، اَ ُ اَكْبـَرُ، اَ ُ اَكْبـَرُ، اَ ُ اَكْبـَرُ، اَ ُ اَكْبـَرُ، اَ ُ اَكْبـَرُ،
اللهُ اَكْ بـَرْ كبيرا وَاْلحَمْدُ ِ كَثِيـْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَ أَصْيْلاً . لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ
وَاللهُ اَكْبـَرْ . اللهُ اَكْبـَرْ وَ ِ اْلحَمْدُ .
اَلحَْمْدُ ِ ِ الْعَزِيْزِ الْغَفُوْرِ، اَلَّذِيْ جَعَلَ فيِ اْلإِسْلاَمِ الحَْنِيْفِ الهُْدَي وَالنـُّوْر،ِ
وَالصَّلاَ ةُ وَالسَّلاَ مُ عَلَى أَشْرَفِ الأَنْبِيَاءِ وَالـمُرْسَلِينَْ ،نَبِيِّنَا وَحَبِيْبِنَا مُـحَمَّدٍ
أَرْسَلَهُ اللهُ رَحْـمَةً لِلْعَالَمِينَْ ، وَعَلَى اَلِهِ أَزْوَاجِ هِ الطَّاهِرَاتِ أُمَّهَاتِ الـمُؤْمِنِينَْ،
وَعَلَى آلِهِ الطَّيِّبِ ينَْ وَأَصْحَابِهِ الغُرِّ الـمَيَامِينِْ ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ ِِحْسَانٍ إِلىَ يـَوْمِ
الدِّيْنِ ، أَمَّا بـَعْدُ .
Jama’ah Idul Adha yang berbahagia. Marilah bersama kita meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan sebaik-baiknya, dengan cara menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya. Semoga Allah memberikan petunjuk agar kita bisa berada di jalan yang lurus dan Allah memberikan kekuatan, kesabaran kepada kita semua dalam menjalani kehidupan pasca pandemi Covid-19. Wabah Covid-19 masih ada, untuk itu kita harus terus waspada dan menjaga protokol kesehatan.
Pandemi Covid-19 berlangsung selama dua tahun lamanya, tidak hanya mengganggu kesehatan, namun juga berdampak pada tatanan ekonomi negara, membuat pertumbuhan ekonomi melambat. Penurunan pertumbuhan ekonomi diikuti pula dengan dampak peningkatan pengangguran, banyak perusahaan yang telah terganggu, sehingga banyak karyawan terpaksa dirumahkan.
Idul Adha yang identik dengan kurban diharapkan dapat meningkatkan rasa syukur serta meningkatkan kepedulian sesama. Hikmah yang terkandung dalam berkurban untuk meningkatkan kepedulian sosial.
Kita jadikan hari Raya Idul Adha momentum kepahlawanan sosial bagi masyarakat yang terdampak Covid-19, sebagai wujud cinta sesama manusia. Upaya itu bagian pelayanan kita terhadap masyarakat, bangsa dan negara.
Khatib mengajak seluruh jamaah yang hadir dalam perayaan Idul Adha ini untuk berkurban. Berkurban di masa pasca pandemi merupakan sebagai tanda cinta sejati pada sesama. Bukan tentang seberapa banyak daging kurban yang akan kita tebar, akan tetapi tentang pengorbanan dan bukti kecintaan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Allaahu Akbar, Allaahu Akbar, Allaahu Akbar wa lillaahil-hamd.
Jama’ah Idul Adha yang dirahmati Allah. Ruh daripada perjalanan sejarah disyariatkan ibadah kurban dari suatu masa ke masa, dari sebuah generasi ke generasi, yang telah lama menjadi salah satu perintah yang harus dilaksanakan oleh Nabi dan Rasul di zaman mereka masing-masing.
Tonggak keberadaban sejarah ini dapat dilacak dari perjalanan sejarah yang dilakukan oleh Nabi dan Rasul sejak tapak-tapak syariat mulai membumi di alam terbuka untuk menjadi konsumsi umat sepanjang masa atau zaman. Tapak-tapak suci dari sejarah kurban digambarkan oleh Q.S. Al Hajj [22] ayat 34:
وَلِكُلِّ اُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا لِّيَذْكُرُوا اسْمَ اللّٰهِ عَلٰى مَا رَزَقَهُمْ مِّنْۢ بَهِيْمَةِ الْاَنْعَامِۗ فَاِلٰهُكُمْ اِلٰهٌ وَّاحِدٌ فَلَهٗٓ اَسْلِمُوْاۗ وَبَشِّرِ الْمُخْبِتِيْنَ ۙ
“Dan bagi setiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan ( kurban), agar mereka menyebut nama Allah atas rezeki yang dikaruniakan Allah kepada mereka berupa hewan ternak. Maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan sampaikanlah (Muhammad) kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah).”
Perintah kurban pada masa nenek moyang manusia; Nabi Adam As, diawali tentang cerita kedua putranya Habil dan Qabil ketika mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Kemudian ibadah kurban dilanjutkan oleh Nabi Idris As, Nabi Nuh As.
Sementara itu ibadah kurban di masa Nabi Ibrahim As , berkaitan dengan kisah ketulusan dan totalitas dalam berkurban di dalam mengarungi kehidupan oleh Nabi Ibrahim As dan putranya Nabi Ismail As. Nabi Ibrahim As diperintahkan oleh Allah untuk menyembelih putranya, Ismail.
Tatkala itu, Ibrahim telah berusia senja dan Ismail mencapai usia remaja. Harapannya agar jama’ah yang hadir di sini diharapkan bisa meneladani jejak Nabi Ibrahim yang telah membuktikan pengorbanannya dan kecintaannya pada Allah Swt, mengalahkan kecintaan dan ketundukan pada dunia yang fana.
Allaahu Akbar, Allaahu Akbar, Allaahu Akbar wa lillaahil-hamd.
Jama’ah Idul Adha yang terhormat. Sedangkan untuk Nabi Muhammad Saw. melakukan kurban pada waktu Haji Wada’ di Mina setelah shalat Idul Adha. Beliau menyembelih 100 ekor unta, 70 ekor disembelih dengan tangannya sendiri dan 30 ekor disembelih oleh Sayyidina Ali Ra. Lalu dikisahkan oleh Q.S. Al-Hajj [22] ayat 36.
وَالْبُدْنَ جَعَلْنٰهَا لَكُمْ مِّنْ شَعَاۤىِٕرِ اللّٰهِ لَكُمْ فِيْهَا خَيْرٌۖ فَاذْكُرُوا اسْمَ اللّٰهِ عَلَيْهَا صَوَاۤفَّۚ فَاِذَا وَجَبَتْ جُنُوْبُهَا فَكُلُوْا مِنْهَا وَاَطْعِمُوا الْقَانِعَ وَالْمُعْتَرَّۗ كَذٰلِكَ سَخَّرْنٰهَا لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
“Dan unta-unta itu Kami jadikan untuk-mu bagian dari syiar agama Allah, kamu banyak memperoleh kebaikan padanya. Maka sebutlah nama Allah (ketika kamu akan menyembelihnya) dalam keadaan berdiri (dan kaki-kaki telah terikat). Kemudian apabila telah rebah (mati), maka makanlah sebagiannya dan berilah makanlah orang yang merasa cukup dengan apa yang ada padanya (tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami tundukkan (unta-unta itu) untukmu, agar kamu bersyukur”.
Di sinilah berakhir sejarah kurban dengan sangat indah, sempurna, dan membumi di seluruh jagat semesta dijaga dengan sangat sempurna oleh generasi Muslim setiap generasi sampai saat sekarang ini.
Menyadari aspek sangat pentingnya dalam prosesi pelaksanaan ibadah kurban, yaitu sifat dan kapasitasnya sebagai syiar utama hari raya Idul Adha. Umat Islam mampu mewujudkan sabda Rasulullah Saw, karena ibadah kurban adalah amalan yang paling dicintai Allah di hari Raya Idul Adha, sebagaimana disebutkan dalam hadits:
َا عَمِلَ ابْنُ آدَمَ يـَوْمَ النَّحْرِ عَمَلاً أَحَبَّ إِلىَ ا َِّ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ هِرَاقَةِ دَمٍ وَإِنَّهُ
لَيَأْتِى يـَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُوَِا وَأَظْلاَفِهَا وَأَشْعَارِهَا وَإِنَّ الدَّمَ لَيـَقَعُ مِنَ ا َِّ عَزَّ
وَجَلَّ بمَِكَانٍ قـَبْلَ أَنْ يـَقَعَ عَلَى الأَرْضِ فَطِيبُوا َِا نـَفْسًا
“Tiada satu amalpun yang dilakukan seorang anak manusia pada Yaumun-Nahr (hari raya kurban) yang lebih dicintai oleh Allah selain menumpahkan / mengalirkan darah ( hewan kurban yang disembelih). Maka berbahagialah kamu karenanya.” (HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Al-Hakim dengan sanad yang shahih).
Allaahu Akbar, Allaahu Akbar, Allaahu Akbar wa lillaahil-hamd.
Jama’ah Idul Adha yang terhormat. Aspek syiar paling utama dari ibadah kurban yang dimaksud itu adalah pada prosesi penyembelihannya, dan bukan pada pendistribusiannya atau yang lainnya. Maka untuk menguatkan makna tersebut, Nabi sampai sengaja memilih ungkapan bahasa yang sangat vulgar untuk membahasakan kurban sebagai amal ibadah yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala di hari Raya Idul Adha ini, yakni mengungkapkannya dengan kata-kata “ihraqid dam/iraqatid dam”, yang berarti menumpahkan/mengalirkan darah hewan kurban yang disembelih.
Wujud dari itu semua di masa Nabi Muhammad Saw. dan setelahnya mereka menyembelih satu hewan kurban untuk diri sendiri dan keluarganya dan berserikat di dalam pahalanya; baik berupa hewan unta, sapi, dan kambing ataupun kibas. Ini dilakukan atas kesadaran spiritual yang sangat dalam, sesuai gambaran Q.S. Al Hajj [22] ayat 37.
لَنْ يَّنَالَ اللّٰهَ لُحُوْمُهَا وَلَا دِمَاۤؤُهَا وَلٰكِنْ يَّنَالُهُ التَّقْوٰى مِنْكُمْۗ كَذٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ ۗ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِيْنَ
“Darah dan daging kurban tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai adalah ketaqwaan kita kepada Allah. Demikianlah Dia menundukkannya untuk-mu agar kamu mengagungkan Allah atas petunjuk yang Dia berikan kepadamu. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.”
Allaahu Akbar, Allaahu Akbar, Allaahu Akbar wa lillaahilhamd.
Jama’ah Idul Adha yang berbahagia. Dengan memperhatikan konsep kehalalan dan higienis ketika dikonsumsi oleh masyarakat. Cinta, ketaatan, kepatuhan, ketundukan dan pasrah kepada Allah melalui Rasul Saw. menjadi teladan yang patut untuk ditiru di zaman kontemporer ini, karena kehidupan hedonisme telah mampu mengalahkan peran agama dalam hidup kita zaman ini. Inilah hikmatut tasyri’ dari sejarah kurban dari generasi sahabat sampai pada kita sekarang ini.
Begitu pentingnya ibadah kurban sehingga setiap bagi orang yang mau berkurban akan mendapat kebaikan sebanyak bulu hewan yang dijadikan kurban. Dalam hadis riwayat Imam Abu Daud dari Zaid bin Arqam, dia berkata:
َالَ أَصْحَابُ رَسُولِ ا َِّ -صلى الله عليه وسلم- َ رَسُولَ ا َِّ مَا هَذِهِ الأَضَاحِ ىُّ قَالَ سُ نَّةُ
فَالصُّوفُ َ رَسُولَ ا َِّ قَالَ بِكُلِّ شَعَرَةٍ مِنَ الصُّوفِ حَسَنَةٌ . أَبِيكُمْ إِبـْرَاهِيمَ . قَالُوا فَمَا لَنَا فِيهَا َ رَسُولَ ا َِّ قَالَ بِكُلِّ شَعَرَةٍ حَسَنَةٌ . قَالُو
“Para sahabat bertanya kepada Nabi Saw., ‘Wahai Rasulullah, apakah maksud dari hewan-hewan kurban seperti ini?. Beliau menjawab; ‘Ini merupakan sunnah (ajaran) bapak kalian, Nabi Ibrahim.’ Mereka bertanya, ‘Wahai Rasulullah, lantas apa yang akan kami dapatkan dengannya?’ Beliau menjawab; ‘Setiap rambut terdapat satu kebaikan.’ Mereka berkata, ‘Bagaimana dengan bulu-bulunya wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab: “Dari setiap rambut pada bulu-bulunya terdapat satu kebaikan.”
Hadits yang lain menyatakan hikmah bagi yang melaksanakan kurban akan dihapus dosa-dosa kecil. Disebutkan dalam hadis riwayat Imam Hakim dari Imran bin Hushain, Nabi Saw. bersabda:
َ فَاطِمَةُ قـَوْمِي إِلىَ أُضْحِ يَّتِكَ فَاشْهَدِيهَا فَإِنَّهُ يـُغْفَرُ لَكِ عِنْدَ أَوَّلِ قَطْرَةٍ
تـَقْطُرُ مِنْ دَمِهَا كُلُّ ذَنْبٍ عَمِلْتِيهِ وَقُ وليِ : إِنَّ صَلاَ تيِ وَنُسُكِي وَمحَْيَايَ وَممََاتيِ
رَبِّ الْعَالَمِينَ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأََ مِنَ الْمُسْلِمِينَ . قَالَ
عِمْرَانُ : قـُلْتُ : َ رَسُولَ ا َِّ، هَذَا لَكَ وَلأَِهْلِ بـَيْتِكِ خَاصَّةً – فَأَهْلُ ذَاكَ
أَنـْ تُمْ – أَمْ لِلْمُسْلِمِينَ عَامَّةً؟ قَالَ لاَ بَلْ لِلْمُسْلِمِينَ عَامَّةً
“Wahai Fatimah, bangkit dan saksikanlah penyembelihan kurbanmu, karena sesungguhnya setiap dosa yang telah kamu lakukan akan diampuni dalam setiap tetesan darah yang mengalir dari hewan kurban tersebut. Kemudian katakanlah; ‘Sesungguhnya salatku, ibadahku (kurban), hidupku dan matiku hanya bagi Allah, Tuhan semesta alam, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan oleh karena itu aku diperintahkan, dan aku termasuk orang yang berserah diri.’ Imran bin Hushain berkata; ‘Saya bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apakah keutamaan ini hanya khusus bagimu dan keluargamu, atau kepada seluruh umat Muslim?. Nabi Saw. menjawab; ‘Tidak, tapi untuk seluruh kaum Muslim.”
Dengan demikian, berkurban selain mengagungkan sebagian syiar Allah, juga agar mendapatkan keutamaan kurban seperti tersebut dalam hadis di atas. Jadi dengan demikian dapat disimpulkan keutamaan kurban, dicatat sebagai amalan terbaik di hari Idul Adha yang paling dicintai Allah, sehingga orang yang berkurban akan dicintai Allah Swt. dan akan dicintai oleh manusia karena cinta sejati itu hanya akan diperoleh dengan sikap rela berkurban.
Demikian yang dapat khatib sampaikan dalam kesempatan ini semoga bermanfaat untuk kita semua, mudah-mudahan ibadah kurban yang kita laksanakan hari ini, dan 3 hari pada hari Tasyrik (11, 12 dan 13 Zulhijjah ini) diterima Allah Swt. dan bagi jama’ah yang belum berkesempatan melaksanakan kurban di tahun ini semoga tahun depan bisa melaksanakan kurban. Terimakasih atas perhatian dan mohon maaf atas segala kekurangan, selamat hari Raya Idul Adha.
َرَكَ الله ليِ وَلَكُمْ فىِ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، أَقـُوْلُ قـَوْليِ هَذَا فَأسْتـَغْفِرُ اللهَ العَظِيْم إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِ يْم
Khutbah II
اَ ُ اَكْبـَرُ، اَ ُ اَكْبـَرُ، اَ ُ اَكْبـَرُ، اَ ُ اَكْبـَرُ، اَ ُ اَكْبـَرُ، اَ ُ اَكْبـَرُ، اَ ُ اَكْبـَرُ،
اللهُ اَكْبـَرْ كبيرا وَاْلحَمْدُ ِ كَثِيـْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَ أَصْيْلاً . لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ اللهُ اَكْبـَرْ . اللهُ اَكْبـَرْ وَ ِ اْلحَمْدُ
َلحَْمْدُ ِ الَّذِيْ أَمَرَ َ أَنْ نُصْلِحَ مَعِيْشَتـَنَا لِنـَيْلِ الرِّضَا وَالسَّعَادَةِ، وَنـَقُوْمَ
ِلْوَاجِ بَاتِ فيِ ْ عِبَادَتِهِ وَتـَقْوَاهُ . وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَ َ محَُمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ . اللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَ َرِكْ عَلَى سَيِّدِ َ
محَُمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيـْرًا.اَمَّا بـَعْدُ .
َياَ اَيـُّهَا النَّاسُ ٱتـَّقُوا۟ ٱ ََّ حَ قَّ تـُقَاتِهِ ۦوَلاَ تمَُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ . اللهُمَّ صَلِّ
عَلَى سَيِّدِ َ محَُمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِ َ محَُمَّدٍ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحمَْتِكَ َ اَرْحَمَ
الرَّاحمِِينَْ .
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِينَْ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَ اْلمُسْلِمِينَْ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنـْهُمَْاْلاَمْوَاتِ إِنَّكَ سمَِيْعٌ قَرِيْبٌ مجُِيْبٌ الدَّعَوَاتْ
اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَ َءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتـْنَةِ مَا ظَهَرَ مِنـْهَا وَمَا
اْلعَالَمِينَْ . بَطَنَ عَنْ بـَلَ دِ َ اِنْدُونِيْسِ يَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبـُلْدَانِ اْلمُسْلِمِينَْ عآمَّةً َ رَب
َبـَّنَا ظَلَمْنَا اَنـْفُسَنَا وَاِنْ لمَْ تـَغْفِرْ لَنَا وَتـَرْحمَْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِ رِيْن
رَبـَّنَا آتِناَ فىِ الدُّنـْيَا حَسَنَةً وَفىِ اْلآخِ رَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار
عِبَادَالله, اِنَّ اللهَ َْمُرُ ِْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيـَنـْهَى عَنِ
وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبرَ . اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبـَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ . وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُم
Demikian eks khutbah jumat singkat mengenai pentingnya memiliki sikap rela dalam berkurban. (*)
Artikel Terkait
Teks Khutbah Jumat Singkat: Allah Sang Maha Pengampun Penerima Tobat
Khutbah Jumat Singkat Minggu Keempat Syawal: Mengingat Hisab Akhirat saat Menikmati Kenikmatan Dunia
Teks Khutbah Jumat Singkat: Memperkuat Habluminannas dengan Menjadi Pribadi yang menyenangkan
Teks Khutbah Jumat Singkat: Berkah di Bulan Syawal
Teks Khutbah Jumat Singkat berjudul: Mengungkap Makna Berkurban di Hari Raya Idul Adha
Teks Khutbah Jumat Singkat: Hikayat Nabi Ibrahim dalam Melaksanakan Ibadah Haji dan Kurban