AYOINDONESIA.COM - Dalam mengembangkan program prioritas Kampung Hortikultura, Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Hortikultura menerapkan pertanian yang ramah lingkungan.
Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto menyatakan kebijakan ini merupakan arahan dari Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) sebagai langkah antisipatif dalam menghadapi tantangan pangan yang kian kompleks akibat dampak perubahan iklim.
“Arahan dari Bapak Menteri Pertanian adalah kita harus melakukan tindakan terhadap dampak perubahan iklim yang berpotensi menimbulkan ancaman kekeringan dan krisis pangan global. Namun, kondisi ini juga dapat menjadi peluang karena banyak kegiatan pertanian yang mampu mengurangi emisi gas karbon,” ujar Prihasto.
Direktur Perlindungan Hortikultura, Inti Pertiwi Nashwari menjelaskan bahwa secara alami, tumbuhan diberi kemampuan untuk mengkonsumsi karbondioksida di atmosfer dan mengubahnya menjadi bentuk energi yang bermanfaat bagi kehidupan melalui fotosintesis. Sebagian besar energi ini disimpan oleh tumbuhan dalam bentuk biomassa dan sekitar 50 persen dari biomassa merupakan karbon.
"Direktorat Perlindungan Hortikultura telah melakukan pengukuran Carbon Stok untuk buah tahunan, di antaranya adalah mangga, manggis, durian, jeruk, alpukat dan nangka. Dari hasil pengukuran tersebut, komoditas mangga memiliki nilai carbon stok yang paling tinggi," ungkap Inti.
Kampung Buah menjadi salah satu sumber penyimpanan stok karbon yang sangat efektif dalam rangka menurunkan gas rumah kaca atau global warming. Saat berkunjung ke Kampung Mangga di Desa Jembarwangi, Kabupaten Sumedang, Koordinator Dampak Perubahan Iklim dan Bencana Alam Direktorat Perlindungan Hortikultura, Muh. Agung Sunusi mengungkapkan bahwa buah-buahan tahunan seperti mangga ternyata mampu menyimpan stok karbon dan pengembangan Kampung Mangga ini mampu memberikan sumbangsih yang cukup signifikan bagi penurunan gas rumah kaca.
“Semakin banyak Kampung Mangga yang dikembangkan di Indonesia, maka penyimpanan stok karbon akan lebih banyak dan mampu menjaga kelestarian lingkungan. Jadi, pengembangan Kampung Mangga tidak hanya memiliki nilai ekonomis tetapi juga menguntungkan bagi lingkungan sekitar kita,” jelas Agung.
Kampung Mangga di Desa Jembarwangi ini mempunyai hamparan seluas 200 hektare dan ditanami dengan 3 (tiga) varietas mangga, yaitu Gedong Gincu, Harum Manis, dan Cengkir. Dari ketiga varietas ini, yang paling mendominasi adalah varietas Gedong Gincu.
Agung menambahkan, selain mangga, buah manggis, jeruk, nangka, sukun, alpukat, dan durian juga mampu menghasilkan stok karbon. Namun, berdasarkan riset dan pengukuran yang dilakukan oleh timnya, mangga memberikan carbon stok yang paling besar karena lingkar batang dan diameter nya lebih besar.
Artikel Terkait
Peningkatan Panen Padi Maksimal, Menteri Pertanian Panen di Lahan IP400 di Sukoharjo
Upayakan Kesejahteraan, RZ-Kementan Sasar Petani Milenial
Manfaatkan Integrated Farming, Kementan Kembangkan Kampung Alpukat di Cianjur
Komitmen Menjaga Keamanan Pangan, Kementan Dukung Penuh Teknologi Budidaya Pertanian Rendah Residu Bahan Kimia
Panen Bawang Merah Food Estate Temanggung di Atas Rata-Rata Nasional
Monitoring dan Evaluasi Kampung dan UMKM Hortikultura, Kementan Dorong Sinergi Ditjen Hortikultura dan BPPSDMP
Pesona Kampung Bawang Merah Argalingga di Majalengka