Singkawang Kota Seribu Kelenteng: Sejarah hingga Toleransi Keberagaman Budaya

- Rabu, 31 Mei 2023 | 10:52 WIB
Singkawang Kota Seribu Kelenteng: Sejarah hingga Toleransi Keberagaman Budaya (Pixabay/@Pexels)
Singkawang Kota Seribu Kelenteng: Sejarah hingga Toleransi Keberagaman Budaya (Pixabay/@Pexels)

AYOINDONESIA.COM -- Terletak 145 km dari ibu kota Kalimantan Barat, Kota Singkawang memiliki daya tarik yang mengesankan. Nampaknya suasana Kota Singkawang membawa kita ke Negeri Tirai Bambu, Tiongkok. Tidak heran jika Kota Singkawang sering disebut sebagai Kota Seribu Kelenteng, mengacu pada banyaknya vihara, kelenteng, dan cetiya yang ada di sana.

Menurut data dari Antara, pada tahun 2014 terdapat 704 bangunan vihara dan cetiya di Kota Singkawang. Hal ini disebabkan oleh mayoritas penduduk Kota Singkawang yang berasal dari keturunan Tionghoa yang memeluk agama Buddha dan Konghucu.

Keberadaan etnis Tionghoa di Kota Singkawang telah berlangsung seiring dengan sejarah perkembangan kota ini. Konon, gelombang kedatangan etnis Tionghoa ke Kota Singkawang terjadi lebih dari 2,5 abad yang lalu. Kedatangan orang-orang Tionghoa ke Singkawang tidak terlepas dari keberadaan sumber daya emas di wilayah Monterado yang terletak di sebelah timur Kota Singkawang.

Awalnya, pekerja Tionghoa datang ke Monterado sebagai buruh tambang emas dan pedagang. Kemudian, mereka berhenti sejenak di Singkawang dalam perjalanan mereka menuju Monterado.

Menurut sejarah, sejak tahun 1740, orang-orang Tionghoa datang dan bekerja di tambang emas yang dikelola oleh Sultan Sambas. Selain sebagai tempat beristirahat dan melepas lelah, Kota Singkawang juga menjadi tempat transit untuk pengangkutan hasil tambang emas.

Melihat perkembangan Kota Singkawang yang dianggap strategis, sebagian pekerja tambang Tiongkok beralih profesi. Mereka mulai menjadi petani dan pedagang, dan akhirnya memilih menetap di Kota Singkawang.

Kota Singkawang Menurut Feng Shui

Baca Juga: 10 Destinasi Wisata Terpopuler di Lombok, Tawarkan Keindahan Pantai dan Kekayaan Budaya

Meskipun tidak sepopuler Pontianak, Kota Singkawang memiliki potensi lanskap yang sangat baik, terutama menurut kepercayaan feng shui. Kota Seribu Kelenteng ini terletak di antara laut, gunung, dan sungai.

 

Menurut kepercayaan Tionghoa, ketiga unsur geografis ini memiliki peran penting dalam menciptakan keseimbangan dan kelimpahan. Laut melambangkan kemakmuran, gunung melambangkan kestabilan, dan sungai melambangkan aliran energi positif.

Pilihan nama "Singkawang" sendiri memiliki makna yang dalam. Dalam bahasa Hakka, "Singkawang" berasal dari kata "San Khieu Yong" atau "San Kew Jong", yang secara harfiah berarti "gunung, muara, dan laut". Kombinasi ketiga elemen ini dianggap membawa keberuntungan dan kejayaan bagi Kota Singkawang.

Selain itu, kepercayaan feng shui juga turut mempengaruhi tata letak dan arsitektur kota ini. Banyak bangunan vihara dan kelenteng yang didirikan dengan memperhatikan prinsip-prinsip feng shui, seperti arah hadap bangunan, penggunaan simbol-simbol keberuntungan, dan penataan ruang yang mengalirkan energi positif.

Dalam perjalanan sejarahnya, Kota Singkawang telah berkembang menjadi pusat pemukiman yang maju dan beragam budayanya. Pada tahun 1981, status kota transit ini secara resmi berubah menjadi Kota Singkawang yang dikenal saat ini.

Toleransi di Kota Seribu Kelenteng

Halaman:

Editor: Septina Ayu Handayani

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X